Minggu, 19 Mei 2013

Menjalin Jemari Yang Diperbolehkan.

Larangan menjalin jari-jemari bukanlah di setiap keadaan, melainkan pada saat seseorang selesai berwudhu, kemudian keluar menuju masjid dan menanti pelaksanaan shalat sampai selesai ditegakkan.

Beberapa hadits yang menunjukan hal ini:

A. Permisalan Mukmin

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إن المؤمن للمؤمن كالبنيان، يشد بعضه بعضا وشبك أصابعه

“Sesungguhnya permisalan seorang mukmin dengan mukmin lainnya bagaikan bangunan. Yang satu saling menguatkan yang lainnya”
Kemudian beliau menjalin jari-jemarinya (tasybik)” (HR. al-Bukhari: 481)

B. Saat Di Masjid Tidak Sedang Menanti Shalat.

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata,

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam suatu ketika mengimami kami shalat isya’ dan tatkala baru saja berlangsung dua raka’at, beliau salam.

Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri dengan bersandarkan sebatang kayu yang berada di masjid dengan keadaan seakan marah.

ووضع يده اليمنى على اليسرى وشبك بين أصابعه

dan beliau meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri serta menjalinkan jari-jemarinya (tasybik)” (HR. al-Bukhari: 482)

Jadi larangan tasybik bukanlah di setiap keadaan.

Jangan salah paham ya..

@sahabatilmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar